Sabtu, 05 Februari 2011

Punishment

PUNISHMENT

1. PUNISHMENT (HUKUMAN)
Reinforcement (penguatan) positif dan negatif adalah proses untuk memperkuat perilaku
Pemunahan (extinction) adalah proses untuk melemahkan perilaku.
Punishment (hukuman) adalah cara lain yang digunakan untuk melemahkan perilaku.
Contoh : Otis mencoba memasak orak-arik telur untuk Ibunya. Dia menjerang penggorengan di atas kompor dengan api besar. Kemudian dia mencampur beberapa telur dalam mangkuk dengan susu untuk membuat orak-arik telur, yang kemudian dia tuangkan ke dalam penggorengan setelah 5 menit. Ketika asap mulai mengepul, Otis berusaha untuk memindahkan penggorengan dari atas kompor. Begitu menyentuh pegangan penggorengan secara langsung, ia merasakan sakit di tangannya karena pegangan penggorengan terasa panas. Ia berteriak dan menjatuhkan penggorengan, dan setelah itu tidak berani lagi mengulangi memegang penggorengan yang panas secara langsung tanpa alas.
2. MENDEFINISIKAN PUNISHMENT (HUKUMAN)
Contoh tersebut menggambarkan prinsip punishment (ketika seseorang mengalami konsekuensi negatif langsung dari perilakunya, maka kecil kemungkinan orang tersebut mengulangi perilaku yang sama untuk masa yang akan datang), dalam contoh di atas, begitu Otis menyentuh pegangan penggorengan secara langsung, ia merasakan sakit di tangannya karena pegangan penggorengan terasa panas. Ia berteriak dan menjatuhkan penggorengan, dan setelah itu tidak berani lagi mengulangi memegang penggorengan yang panas secara langsung tanpa alas.
Sehingga, dari contoh tersebut, dapat disimpulkan ada 3 komponen dari definisi punishment, yaitu :
• Adanya perilaku yang terjadi (ex. Otis menyentuh pegangan penggorengan secara langsung)
• Adanya konsekuensi segera yang mengikuti perilaku (ex. merasakan sakit di tangannya karena pegangan penggorengan terasa panas)
• Akibatnya, perilaku kemungkinan tidak akan terjadi lagi pada waktu yang akan datang
Mengidentifikasi beberapa contoh hukuman dalam hidup Anda
Penghukum (disebut juga sebagai stimulus aversif) adalah sebuah konsekuensi yang membuat perilaku tertentu tidak mungkin terjadi di masa yang akan datang. Dalam kasus Otis, yang menjadi penghukum perilakunya adalah rasa sakit ketika dia memegang penggorengan yang panas tanpa alas.
Kasus selanjutnya : Juan punya kebiasaan mengganggu dan memukul saudara-saudara perempuannya. Ibu, senantiasa menegur dan memukul Juan setiap kali Juan mengganggu dan memukul saudara-saudara perempuannya. Meskipun Juan telah berhenti mengganggu dan memukul saudara-saudara perempuannya, Ibu tetap menegur dan menampar Juan, sehingga Juan tetap pada kebiasaannya mengganggu dan memukul saudara-saudara perempuannya.
Apakah teguran dan pukulan dari Ibu Juan merupakan penghukum bagi Juan dan merusak perilaku Juan?
Bukan. Teguran dan pukulan dari Ibu, bukan merupakan penghukum bagi Juan, melainkan menggambarkan reinforcement positif untuk apa yang Juan lakukan.
Jadi, perilaku Juan yang suka memukul dan menggoda saudara-saudara perempuannya, segera diikuti oleh saudara-saudara perempuannya yang menangis, dan teguran serta pukulan dari Ibunya. Hal ini, bukannya mengurangi perilaku Juan, melainkan dengan adanya konsekuensi tersebut, Juan terus mempunya kebiasaan memukul dan menggoda saudara-saudara perempuannya.
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa, kita bisa mendefinisikan sesuatu sebagai hukuman atau penguatan, bukan dari konsekuensi tidak menguntungkan yang muncul setelah adanya perilaku. Tetapi, kita dapat mendefinisikan suatu usaha dikatakan sebagai punishment (hukuman) dengan melihat apakah perilaku bisa berkurang di masa depan atau tidak.
Dalam contoh Otis, rasa sakit dikatakan sebagai hukuman, karena untuk waktu yang akan datang, Otis tidak lagi mengulangi perilakunya untuk memegang penggorengan panas tanpa alas.
Sedangkan dalam conoth Juan, teguran dan pukulan Ibu tidak dikatakan sebagai hukuman, karena ternyata perilaku Juan yang suka menggoda dan memukul saudara-saudara perempuannya tetap muncul dari waktu ke waktu meskipun Ibu telah menegur dan memukulnya.
TABEL 6-1
No Perilaku Konsekuensi Hasil
1. Pada saat sedang mengayuh sepeda, Ed memandang ke bawah, ke arah tanah. Ed menabrak mobil yang sedang diparkir, menatap atap mobil dengan wajahnya, dan gigi depannya lepas Pada waktu yang selanjutnya, Ed berusaha untuk tidak melihat ke tanah lagi saat dia mengayuh sepeda
2. Alma suka memukul teman-temannya yang lain menggunakan mainan saat mereka bermain Guru Alma meminta Alma untuk berhenti bermain, dan harus duduk di kursi dalam ruangan lain selama 2 menit setiap kali dia memukul orang lain Alma berhenti dari kebiasaannya memukul orang lain
4. Sarah membaca koran ketika dia sedang mengemudi di jalan raya Mobilnya berbelok ke kanan tanpa disadarinya dan menabrak tanda batas kecepatan Sarah tidak lagi membaca koran ketika dia sedang mengemudi di jalan raya
5. Helen mengikuti kelas modifikasi perilaku. Untuk menjawab dengan benar, guru akan memberi satu poker chips sebagai bentuk reinforcer. Tapi, jika Helen meninggalkan dari tempat duduknya tanpa izin, guru akan mengambil satu poker chipsnya. guru akan mengambil satu poker chips Helen tidak lagi meninggalkan tempat duduknya tanpa izin
6. Kevin seringkali membuat lelucon tentang cara masak istrinya saat dia berada di pesta. Istrinya memberikan tatapan sedingin esuntuk Kevin Kevin berhenti membuat lelucon tentang cara masak istrinya
Yang perlu diperhatikan lagi, adalah jika perilaku hilang sebagai akibat dari adanya usaha untuk mengurangi perilaku, namun hilangnya hanya sementara saja. Sedangkan untuk waktu yang akan datang, perilaku yang sama bisa muncul kembali, maka usaha tersebut tidak bisa dikatakan sebagai hukuman, sebaliknya akan menjadi reinforcement.
Pada kasus Juan, Juan hanya akan berhneti menggoda dan memukul saudara-saudaranya ketika Ibu memberikan teguran dan pukulan. Untuk selanjutnya, Juan akan kembali pada kebiasaannya semula. Hal ini merupakan bukti bahwa pukulan dan teguran Ibu bukan merupakan punishment bagi Juan, malah akan menjadi reinforcement untuk perilakunya.
3. KESALAH PAHAMAN UMUM TENTANG PUNISHMENT (HUKUMAN)
Dalam modifikasi perilaku, punishment (hukuman) adalah istilah teknis dengan makna tertentu. Setiap kali berbicara tentang hukuman, hal ini mengacu pada suatu proses, di mana terjadi penurunan perilaku di masa yang akan datang sebagai akibat dari diberikannya punishment (hukuman).
Hal ini berbeda dari apa yang dipikirkan oleh orang secara umum, yang mana , banyak yang mengartikan hukuman sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.
Dalam kehidupan masyarakat, hukuman seringkali diartikan sebagai sesuatu yang diberikan pada seseorang yang telah melakukan kejahatan atau perilaku yang tidak pantas. Dalam hal ini, hukuman bukan hanya dimaksudkan untuk mengurangi perilaku, namun di dalamnya juga terkandung unsur-unsur moral dan etis, dan tidak jarang pula diartikan sebagai pemberian sesuatu yang menyakitkan secara fisik maupun psikis dari orang yang melakukan kesalahan.
4. HUKUMAN POSITIF DAN HUKUMAN NEGATIF
Hukuman positif
• Adanya perilaku
• Munculnya atau pemunculan stimulus yang tidak menyenangkan
• Sebagai akibat, perilaku berkurang di masa depan
Hukuman negatif
• Adanya perilaku
• Diikuti penghapusan stimulus yang memperkuat perilaku
• Sebagai akibat, perilaku berkurang di masa depan
Dari definisi ini, punishment positif dan punishment negatif, sama artinya dengan reinforcement positif dan reinforcement negatif. Yang membedakan adalah bahwa reinforcement berfungsi untuk menguatkan perilaku, sedangkan punishment berfungsi untuk memperlemah perilaku.
Salah satu efek positif dari pemberian punishment adalah dapat membantu menurunkan perilaku menyakiti diri sendiri, sebagaimana yang digambarkan dalam sebuah lembaga yang membantu remaja dengan keterbelakangan mental.
Kasus : Seorang subyek dalam lembaga itu memiliki kebiasaan untuk menampar mukanya sendiri. Maka, setiap kali ia menampar muka, maka pihak pengelola lembaga segera memberikan hukuman berupa sengatan listrik singkat (sengatan ini menimbulkan rasa sakit), yang mengakibatkan subyek tersebut mengurangi perilakunya menampar muka.
Contoh kasus di atas merupakan penerapan dari punishment positif, karena rangsangan yang menyakitkan ini, dihadirkan setiap kali subyek menampar mukanya, dan perilaku menurun sebagai hasilnya.
Bentuk lain dari punishment positif adalah dengan menggunakan Premack Priciple (huku Premack), yaitu seseorang dibuat untuk terlibat dalam perilaku berprobabilitas rendah, bergantung pada probabilitas tinggi perilaku, perilaku probabilitas tinggi akan mengurangi frekuensi.
Artinya, jika setelah terlibat dalam suatu masalah perilaku, seseorang harus melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya, maka orang akan cenderung untuk terlibat dalam masalah perilaku di masa depan.
Contoh, setiap kali anak memukul seseorang di dalam kelas, dia diharuskan berdiri dan duduk di lantai sepuluh kali berturut-turut, yang pada akhirnya akan menghentikan perilaku memukul anak tersebut, seperti yang terlihat pada grafik 6-1
Efek baik lain dari punishment adalah, bisa menurunkan perilaku target dengan segera. Pemunahan (extinction) juga dapat menurunkan frekuensi perilaku, namun butuh waktu yang lebih lama, dan ledakan pemunahan (extinction burst) biasanya terjadi sebelum perilaku berkurang. Sedangkan, dalam punishment, tidak terdapat ledakan pemunahan. Begitu diberlakukan hukuman, perilaku akan menurun lebih cepat.
Contoh dari punishment negatif adalah time out dan denda (response cost).
Sebenarnya baik punishment negative maupun pemunahan (extinction), pada dasarnya hampir sama, yaitu keduanya sama-sama berfungsi untuk melemahkan perilaku, dan melibatkan penghentian atau pemotongan reinforcement. Perbedaannya :
Pemunahan, menunjukkan suatu usaha untuk mengurangi perilaku dengan menghentikan atau menghapus reinforcement yang mendukung terjadinya perilaku.
Hukuman (punishment), menunjukkan suatu usaha untuk megurangi perilaku dengan menarik reinforcement positif, yang bisa saja tidak sama dengan reinforcement yang mendukung terjadinya perilaku.
Contoh kasus :
Johny, punya kebiasaan menyela orangtuanya ketika mereka bicara, sehingga dengan penyelaan tersebut orangtua Johny akan lebih memperhatikan Johny (memarahi ketika dia mulai menyela).
Nah, jika orangtua Johny menerapkan prinsip pemunahan, maka yang dilakukan orangtua Johny adalah menahan pemberian perhatian (menahan untuk tidak memarahi Johny terlebih dahulu).
Sedangkan, jika orangtua Johny menerapkan prinsip hukuman, maka yang dilakukan orangtua Johny bisa saja berupa menghentikan pemberian uang saku, atau melarang Johny untuk menonton televisi.
TIME OUT, adalah suatu kondisi di mana individu dikeluarkan dari situasi yang menyenangkan setelah dia melakukan perilaku yang kurang baik.
Contoh kasus : Setiap kali Naning membuat kegaduhan dalam kelas, maka dia harus keluar dari kelas, dan harus duduk sendirian di dalam kantor guru, selama 7 menit tanpa diperbolehkan membawa satupun barang miliknya. Dengan begini, perilaku Naning yang suka membuat kegaduhan di kelas, bisa berkurang. Karena dengan menggunakan time out procedure, Naning tidak lagi bisa mendapatkan akses perhatian dari guru maupun teman-temannya yang lain, serta dia akan kehilangan reinforcer lain dalam kelas.
RESPONSE COST (DENDA)
Contoh kasus : Elma adalah siswi TK berusia 6 tahun. Setiap kali dia bisa duduk tenang di kelas, mengikuti perintah guru di kelas dengan baik, dan tidak membuat gaduh, maka dia akan mendapatkan 3 poin. Namun, apabila dia menangis di kelas, maka ia akan kehilangan 1 poin dari poin yang telah dikumpulkannya.
5. PENGHUKUM TANPA SYARAT DAN PENGKONDISIAN
Seperti halnya penguatan (reinforcement), hukuman (punishment) merupakan suatu proses alamiah yang mempengaruhi perilaku manusia. Rangsangan yang menyakitkan atau stimulus ekstrim, secara alamiah akan melemahkan perilaku. Sehingga, rangsangan yang menyakitkan atau stimulus ekstrim di sini bisa dikatakan sebagai penghukum tanpa syarat.
Sebagai contoh, stimulus seperti sengatan listrik, benda tajam, atau pukulan yang kuat, secara alami akan memperlemah perilaku yang mendahuluinya. Individu akan berusaha untuk tidak meletakkan tangan ke dalam api, melihat langsung pada terik matahari, menyentuh ujung benda tajam, atau memegang kabel yang mengelupas secara langsung, karena masing-masing perilaku ini menghasilkan konsekuensi hukuman alamiah (tanpa syarat).
Bentuk lain dari penghukum adalah penghukum yang dikondisikan. Penghukum yang dikondisikan, adalah penghukum yang baru bisa berfungsi ketika ia telah dipasangkan dengan penghukum yang lain.
Contoh kasus : Peringatan dari orangtua baru akan berfungsi sebagai penghukum, ketika dikaitkan dengan hilangnya beberapa reinforcer, seperti uang saku, hak untuk bermain, dan sebagainya. Jika hanya diberikan peringatan saja, belum tentu hal itu akan berfungsi sebagai penghukum.
Yang perlu diingat, bahwa hukuman bisa dikatakan hukuman, ketika ia benar-benar bisa memperlemah perilaku pada masa yang akan datang. Sedangkan apabila tidak memperlemah, maka tidak bisa disebut sebagai hukuman, bahkan bisa didefinisikan sebagai reinforcer.
Misalnya, Ali suka bersendawa di meja makan. Hal itu membuat Ibu menegurnya dengan marah. Namun, perilaku Ali tidak juga berkurang hanya karena ditegur Ibunya. Maka, dalam hal ini teguran tidak bisa dikatakan sebagai hukuman. Justru mungkin, bersendawa dijadikan sebagai reinforcer alami, karena bisa mengurangi rasa kurang nyaman dalam perutnya.
6. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PENGUATAN DAN HUKUMAN
Konsekuensi dari Perilaku
Hasil Stimulus disajikan Stimulus dihapus
Perilaku meningkat Penguatan positif Penguatan negatif

Perilaku melemah Hukuman positif Hukuman negatif


Dari tabel ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara hukuman dan penguatan merupakan sesuatu yang berbanding terbalik.
Contoh 1 :
Otis menyentuh penggorengan panas secara langsung, sehingga dia merasakan sakit di tangannya, yang pada akhirnya akan membuat Otis tidak lagi menyentuh penggorengan panas secara langsung. (PUNISHMENT POSITIF).
Note* sakit di tangannya merupakan stimulus yang disajikan dan hasilnya dapat melemahkan perilaku sebagai hasilnya.
Sebaliknya, ketika Otis menyentuh penggorengan dengan menggunakan alas, maka dia tidak merasakan sakit pada tangannya, yang akhirnya membuat Otis cenderung mengulangi perilaku memegang penggorengan panas dengan menggunakan alas. (REINFORCEMENT NEGATIF).
Note* tidak merasakan sakit pada tangannya saat menyentuh penggorengan panas (hilangnya rasa sakit) merupakan stimulus yang dihapus, dan hasilnya dapat menguatkan perilaku.
Contoh 2 :
Orangtua Fred menyita sepeda Fred selama seminggu, ketika mereka tahu Fred mengendarai sepeda setelah gelap. Hal ini membuat Fred kemungkinan tidak akan mengulangi perilakunya mengendarai sepeda setelah gelap. (PUNISHMENT NEGATIF).
Note* menyita sepeda Fred merupakan stimulus yang dihapus, dan hasilnya melemahkan perilaku bersepeda setelah gelap.
Ketika Fred meminta orangtuanya untuk mengizinkan dia naik sepeda lagi, dan berjanji untuk tidak bersepeda setelah gelap, akhirnya orangtua memberikan izin untuk Fred bersepeda. Hal ini memungkinkan Fred untuk melakukan hal yang sama ketika sepedanya disita oleh orangtuanya pada masa yang akan datang. (REINFORCEMENT POSITIF).
Note* orangtua memberikan izin untuk Fred bersepeda lagi merupakan stimulus yang disajikan, yang pada akhirnya akan memperkuat perilaku Fred untuk meminta meminta orangtuanya untuk mengizinkan dia naik sepeda lagi ketika sepedanya disita oleh orangtuanya pada masa yang akan datang.
7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS HUKUMAN
a. Kesegeraan
Sama dengan penguatan, hukuman juga akan berfungsi efektif ketika diberikan segera setelah perilaku terjadi. Misalnya, guru marah ketika siswa memberikan argumen sarkastis di depan kelas. Marahnya guru ini akan efektif ketika diberikan langsung setelah siswa mengeluarkan argumen. Ketika hukuman diberikan dengan jarak yang cukup lama, maka hukuman kurang berfungsi efektif.
b. Contingency (Kemungkinan)
Hukuman akan efektif jika diberikan secara konsisten, bukan kadang-kadang atau sebentar-sebentar. Sebagai contoh, tiap kali Elma memukul adiknya, Ibu melarang Elma untuk menonton acara kartun kesayangannya. Jadi, tidak hanya sekali saja, melainkan setiap kali membuat kegaduhan di kelas, sehingga lebih efektif untuk melemahkan perilaku.
c. Penetapan prosedur/ cara
Harus diperhatikan bagaimana bentuk hukuman yang akan diberikan oleh individu. Misalnya saja, orangtua tidak memberikan uang saku pada anak, bukan merupakan hukuman yang efektif ketika anak belakangan ini sudah bisa memperoleh uang saku dari pihak lain. Sebaliknya, orangtua tidak memberikan uang saku pada anak, merupakan hukuman yang efektif ketika anak memang benar-benar tidak punya sumber keuangan lain, dan menginginkan mainan sehingga butuh uang saku untuk bisa mwujudkan keinginannya itu.
d. Perbedaan individu dan besarnya penghukum
Beberapa peristiwa bisa dijadikan penghukum bagi seseorang, namun tidak untuk orang lain karena perbedaan individu.
Misalnya, tugas tambahan yang diberikan oleh guru bisa menjadi penghukum bagi sebagian besar siswa di kelas. Namun, belum tentu tambahan tugas tersebut bisa menjadi penghukum bagi Rani, sang juara kelas yang memang pada dasarnya suka belajar dan mengerjakan tugas.
8. MASALAH DENGAN HUKUMAN
a. Hukuman bisa menimbulkan perilaku emosional lainnya
Misalnya, anak yang dihukum tidak boleh menonton acara kartun kesayangannya bisa saja menangis meraung-raung sebagai konsekuensi sampingan dari pemberian hukuman.
b. Hukuman bisa menimbulkan pelarian atau penghindaran
Misalnya, seorang anak akan berbohong untuk menghindari hukuman dari orangtuanya
c. Penggunaan hukuman bisa menjadi penguatan negatif bagi orang yang melakukan hukuman tersebut.
Setiap kali ada Mahasiswa yang berbicara di kelas, dosen memberikan tatapan tajam pada Mahasiswa tersebut, sehingga Mahasiswa tidak lagi berbicara di kelas. Dalam hal ini, tatapan tajam dosen merupakan hukuman bagi Mahasiswa.
Namun, di sisi lain, perilaku dosen yang menatap Mahasiswa dengan tajam ini, akan mendapatkan penguatan positif dengan ketidakberanian Mahasiswa untuk berbicara di depan kelas. Sehingga perilaku menatap Mahasiswa dengan tajam ini, cenderung berulang untuk waktu yang akan datang.
d. Ketika hukuman digunakan, dan penggunaannya dicontohkan, maka konsekuensinya orang-orang yang perilakunya dihukum akan menggunakan hukuman pada dirinya sendiri di masa depan.
Misalnya, seorang anak yang yang sering dihukum dengan pukulan, mungkin akan memukul dirinya sendiri ketika melakukan kesalahan pada waktu yang akan datang.
e. Isu etik
Secara etis, hukuman menghadirkan tanda tanya, apakah pantas untuk dilakukan atau tidak. Dalam pelaksanaannya, seharusnya diperhatikan pula sejumlah isu etis sebelum memutuskan untuk menggunakan prosedur modifikasi perilaku yang didasarkan pada hukuman. Selain itu, prosedur hukuman, akan lebih baik bila digunakan dengan prosedur penguatan positif untuk memperkuat perilaku yang diinginkan.

RINGKASAN
1. Hukuman memiliki tiga komponen, yaitu :
• Adanya perilaku yang terjadi
• Adanya konsekuensi segera yang mengikuti perilaku
• Akibatnya, perilaku kemungkinan tidak akan terjadi lagi pada waktu yang akan datang
2. Kesalahpahaman tentang hukuman adalah bahwa hal itu berarti melakukan kejahatan kepada orang lain atau menuntut ganti rugi pada orang lain sebagai konsekuensi kesalahan yang dilakukannya
3. Hukuman positif adalah kondisi di mana stimulus dihadirkan setelah perilaku dengan tujuan untuk melemahkan perilaku. Sedangkan hukuman negatif adalah kondisi di mana stimulus dihapus setelah perilaku dengan tujuan untuk melemahkan perilaku.
4. Ada penghukum yang dinamakan dengan penghukum alami, yang bisa berfungsi untuk menghukum tanpa ada syarat. Ada pula penghukum yang dikondisikan, yaitu penghukum yang baru bisa berfungsi ketika dipasangkan dengan penghukum yang lain.
5. Ada beberapa factor yang mempengaruhi efektivitas hukuman, seperti kesegeraan, konsistensi, penetapan cara, perbedaan individu dan besarnya penghukum.
6. Masalah terkait dengan hukuman adalah hukuman bisa menimbulkan perilaku emosional lainnya, hukuman bisa menimbulkan pelarian atau penghindaran, penggunaan hukuman bisa menjadi penguatan negatif bagi orang yang melakukan hukuman tersebut, ketika hukuman digunakan, dan penggunaannya dicontohkan, maka konsekuensinya orang-orang yang perilakunya dihukum akan menggunakan hukuman pada dirinya sendiri di masa depan, isu etik.

2 komentar:

  1. • Positive punishment
    - Punishment by application
    - Punishment by contingent presentation of a stimulus
    - Punishment by presentation of an aversive stimulus
    - Response-contingent presentation of a punisher

    • Negative punishment
    - Punishment by withdrawal
    - Punishment by loss of reinforecers
    - The penalty contingency
    - Response-contingent presentation of a reinforce
    tau istilah di atas?? dan bisa jelaskan kepada saya??

    BalasHapus
  2. kira-kira bagaimna efektivitas hukuman itu sendiri pada motivasi?

    BalasHapus