Sabtu, 05 Februari 2011

PROSEDUR UNTUK MENGURANGI KETAKUTAN DAN KECEMASAN (APTL)

PROSEDUR UNTUK MENGURANGI KETAKUTAN DAN KECEMASAN
CONTOH KASUS
Trisha mengikuti pelajaran yang mengharuskan siswa-siswanya untuk aktif berbicara di depan kelas. Padahal sebelumnya dia belum pernah mengikuti pelajaran seperti ini. Trisha merasa tidak biasa berbicara di depan kelas. Setiap kali dia mendapatkan giliran untuk berbicara di depan kelas, dia pasti akan merasa gugup. Jantungnya berdegup lebih kencang, perutnya terasa mual, otot-ototnya terasa tegang, dan telapak tangannya mulai berkeringat. Bukan hanya saat mendapatkan giliran untuk bicara di depan kelas Trisha merasa seperti ini. Bahkan hanya dengan membayangkan dan memikirkannya saja, sudah membuat Trisha mati kutu. Bayangan yang muncul tiap kali Trisha memikirkan berbicara di depan kelas adalah, ‘saat dia berada di depan kelas dan ditatap oleh teman-temannya yang lain, tiba-tiba saja apa yang akan dikatakannya hilang begitu saja dan tidak bisa diingat lagi’. Akhirnya, Trisha memutuskan untuk bolos dalam matapelajaran itu. Trisha baru bisa merasa nyaman saat berada jauh dari pelajaran itu dan tidak ada orang yang mengharuskannya untuk maju dan bicara di depan kelas. Apa yang dialami Trisha ini dinamakan dengan anxietas atau kecemasan yang berlebihan.
Allison selalu merasa takut saat melihat laba-laba. Dia akan berteriak sekencang-kencangnya saat ada laba-laba yang dilihatnya. Dia juga akan meminta suami atau siapapun yang ada di dekatnya untuk membunuh laba-laba tersebut. Jika dia sedang sendirian di dalam rumah, dan tiba-tiba saja ada laba-laba yang datang, dia akan berlari keluar ruangan, dan tidak akan kembali sebelum dia merasa yakin, ada orang yang membunuh laba-laba itu. Bahkan pernah sekali, Allison memanjat jendela untuk melarikan diri dari laba-laba. Menurut ceritanya, Allison selalu merasa jantungnya berdebar lebih keras, ototnya menjadi lebih tegang, perutnya menjadi mual, wajahnya menjadi lebih merah, dan kepalanya berdenyut-denyut saat melihat laba-laba. Apa yang dirasakannya ini memang tidak wajar, sehingga membuat Allison sangat ketakutan saat berada di dekat laba-laba, dan baru akan merasa nyaman saat melihat laba-laba itu mati.
MENDEFINISIKAN KETAKUTAN DAN KECEMASAN
Masalah ketakutan (fear), merupakan perpaduan dari perilaku operant dan respondent. Biasanya, seseorang akan merasa takut pada stimulus yang bisa berupa benda atau situasi. Ketika stimulus dihadirkan, biasanya seseorang akan merasa tidak nyaman yang ditandai dengan hal-hal fisik, misalnya perut mual, kepala pening, jantung berdebar-debar, dan hal-hal semacam itu, yang membuat seseorang berusaha untuk melarikan diri dari ketakutan itu atau menghindari stimulus yang bersangkutan. Respons yang terjadi pada tubuh akibat ketakutan tersebut, dinamakan sebagai kecemasan (Anxietas).
Dalam kasus Allison, laba-laba merupakan CS (conditioned stimulus) yang bisa menghasilkan respons (CR) seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, perut mual, dan kepala berdenyu-denyut. CR inilah yang nantinya akan menimbulkan rasa tidak nyaman yang disebut sebagai kecemasan (Anxiety). Hal ini merupakan prinsip dasar dari respondent conditioning.
Sedangkan yang merupakan prinsip operant conditioning adalah ketika Allison melihat laba-laba, kemudian dia berteriak dan meminta suaminya untuk membunuh laba-laba itu. Perilaku berteriak dan meminta laba-laba itu dibunuh, merupakan perilaku operant, karena perilaku itu diperkuat dengan suami Allison membunuh laba-laba, sehingga ketakutan Allison terhadap laba-laba itu jadi hilang.
PROSEDUR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGHILANGKAN KETAKUTAN DAN KECEMASAN
1. LATIHAN RELAKSASI
Relaksasi merupakan salah satu prosedur yang bisa digunakan untuk mengurangi bahkan menghilangkan reaksi-reaksi yang bersifat tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh rasa takut dan cemas. empat macam relaksasi yang biasanya dilakukan oleh seseorang adalah relaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan dan diafragma (diaphragmatic breathing), latihan untuk memfokuskan perhatian (attention-focusing exercise), dan latihan relaksasi untuk perilaku (behavioral relaxation training)
Relaksasi otot (progressive muscle relaxation) merupakan teknik relaksasi yang membantu individu untuk merilekskan bagian-bagian otot dalam tubuhnya. Pelenturan otot akan membuat individu menjadi lebih tenang pada permulaan. Relaksasi jenis ini merupakan relaksasi yang mudah, sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja, namun sebelumnya tetap harus memperhatikan bagaimana cara yang tepat untuk melakukan relaksasi. Bisa melalui latihan dengan instruktur terlebih dahulu, melihat acara di TV, atau membaca buku tentang relaksasi.
Relaksasi pernafasan dan diafragma (diaphragmatic breathing), di mana individu diajak untuk bernafas dalam-dalam untuk menghilangkan ketakutan dan kecemasan. Relaksasi ini bisa dilakukan dengan duduk, berdiri, maupun berbaringm sesuai dengan tingkat kenyamanan masing-masing individu. Sebelum melakukan relaksasi dalam bentuk ini, individu harus belajar terlebih dahulu, bagaimana cara yang tepat untuk bernafas.
Latihan untuk memfokuskan perhatian (attention-focusing exercise), merupakan bentuk relaksasi yang mengarahkan insividu untuk bisa memikirkan stimulus yang netral, yang bisa membuat perasaan lebih nyaman, dan pada akhirnya menghilangkan stimulus yang menakutkan serta menghilangkan kecemasan itu sendiri pada akhirnya. Di sini ada tiga tahapan utama yang bisa dilakukan, yaitu meditasi, latihan membayangkan, dan hypnosis.
Latihan relaksasi untuk perilaku (behavioral relaxation training), merupakan relaksasi yang secara sederhama bisa digunakan untuk membantu memperbaiki perilaku dan sikap seseorang. Misalnya sikap duduk, sikap jalan, sikap bicara, dan sikap tidur yang baik. Dalam relaksasi jenis ini, individu tidak bisa melakukannya sendirian, tapi harus dibantu dan diawasi oleh instruktur yang berpengalaman.
2. SYSTEMATIC DEZENSITIZATION (DESENSITISASI SISTEMATIK)
Desensitisasi sistematik merupakan prosedur yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketakutan dan kecemasan. Prosedur ini sedikit berbeda dengan prosedur relaksasi. Biasanya desensitisasi sistematik digunakan untuk membantu menghilangkan gangguan fobia, yaitu ketakutan yang sangat berlebihan pada sesuatu. Dalam desensitisasi sistematik, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh individu, yaitu :
a. Mempelajari teknik relaksasi terlebih dahulu
b. Menyusun hierarki kekhawatiran, yaitu membayangkan sesuatu yang bisa menimbulkan ketakutan pada individu, dimulai dari tahap yang paling tinggi ke yang paling rendah
c. Mempraktikkan teknik relaksasi saat terapis menyebutkan satu demi satu hal-hal yang menakutkan, yang ditulis dalam hierarki kekhawatiran.
3. IN VIVO DEZENSITIZATION
Prosedur ini sala dengan desensitisasi sistematik, hanya saja dalam desentisisasi in vivo, hierarki kekhawatiran bukan disusun dengan membayangkan jika sesuatu yang menakutkan terjadi, tapi benar-benar stimulus nyata yang dialami oleh seseorang, dan bisa menimbulkan respons kekhawatiran atau kecemasan. Jadi desensitisasi in vivo merupakan teknik yang mengharuskan individu mengalami situasi yang sebenarnya dalam upaya pengubahan tingkah laku.
Desensitisasi sistematik tentu saja lebih mudah pengaplikasiannya daripada in vivo karena hanya perlu membayangkan saja. Namun, in vivo akan lebih banyak keuntungannya, karena prosedur ini melibatkan situasi nyata yang dialami oleh individu, sehingga penerapan dalam kehidupan sehari-haripun lebih mudah.
PROSEDUR LAIN YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGURANGI KETAKUTAN DAN KECEMASAN
1. Flooding
Flooding adalah prosedur yang digunakan untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan, justru dengan menghadirkan stimulus yang menakutkan dalam jangka waktu yang lama. Flooding hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah professional. Hal ini disebabkan karena flooding akan memberikan sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan tidak nyaman untuk individu yang bersangkutan.
2. Modeling
Biasanya prosedur modeling dilakukan untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan pada anak-anak. Dalam penyajiaannya, bisa dilakukan dengan live model, yang diperankan oleh orang lain, maupun video modeling, yang ditampilkan melalui kaset atau film.
(terjemahan Applied Behavior Therapy,,, APTL 2009, Naning doc.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar