PROSEDUR PENGAJARAN KETERAMPILAN DALAM BERTINGKAH LAKU (BEHAVIORAL SKILL TRAINING / BST)
Selain prosedur prompting, fading, dan chaining, masih ada lagi prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku pada individu. Prosedur ini disebut dengan BST (behavioral skill training), yang di dalamnya ternasuk modeling, instructions, rehearsal, dan feedback. Biasanya keempat prosedur ini digunakan secara bersama-sama untuk mengajarkan keterampilan dalam berperilaku yang tepat pada individu (misalnya saja keterampilan sosial atau keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan). prosedur BST biasanya digunakan untuk mengajarkan keterampilan yang dapat disimulasikan dalam konteks permainan peranan.
CONTOH PROSEDUR BST
KASUS MARCIA
Marcia adalah seorang sekretaris di sebuah universitas. Selama dia bekerja, seringkali dia mendapatkan perintah yang keterlaluan dari orang-orang di fakultasnya. Dengan posisinya sebagai sekretaris, Marcia seringkali tidak tidak mampu menolak permintaan orang-orang tersebut meskipun sebenarnya dia tahu permintaan itu keterlaluan (seperti melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam jam makan siang yang seharusnya dipergunakannya untuk beristirahat, atau diminta melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaa). Sebagai seorang psikolog, Dr Mills berusaha menggunakan prosedur BST untuk membantunya mengembangkan keterampilan untuk bertindak asertif.
Di kantornya, Dr. Mills mengajak Marcia untuk melakukan permainan peranan, pertama kali adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan Marcia selama bekerja, utamanya tingkat asertifnya dalam menjalani hari-harinya di kantor. Setelah mengetahui seberapa tinggi tingkat asertivitas Marcia, Dr. Mills berusaha untuk mengajari Marcia, bagaimana caranya bertindak lebih asertif lagi.
Hal pertama yang dilakukan adalah, Dr Mills menciptakan situasi di tempat kerja Marcia, di mana Marcia harus memainkan perannya sendiri, sedangkan Dr. Mills berperan sebagai rekan kerja Marcia. Saat inilah Dr. Mills mulai meminta Marcia untuk melakukan pekerjaan yang bisa dikatakan keterlaluan. Misalnya saja dengan berkata, “Marcia, siang ini saya ada meeting. Tolong kamu ambilkan baju saya di tempat laundry saat jam makan siang nanti.” Dengan adanya permintaan seperti ini, Marcia diminta untuk menanggapi sebagaimana yang selalu dilakukannya di kantor tiap kali dia diminta melakukan hal-hal yang keterlaluan. Setelah mengetahui bagaimana cara Marcia memberikan respons pada rekan kerjanya, selanjutnya, Dr Mills memberikan instruksi dan contoh, bagaimana caranya memberikan respons yang lebih asertif dalam situasi seperti yang digambarkan di atas.
Dalam kesempatan yang lain, Dr. Mills kembali mengajak Marcia untuk bermain peran. Namun kali ini mereka berganti peranan. Dr. Mills memainkan peran sebagai Marcia, sedangkan Marcia sendiri berperan sebagai rekan kerja yang gemar memintanya melakukan sesuatu yang terkadang keterlaluan. Kali ini, Marcia yang berperan sebagai sang rekan kerja juga ber-akting meminta Dr. Mills untuk mengambilkan bajunya di laundry. Namun, dengan tegas Dr. Mills mengatakan "Maaf, tapi saya tidak bisa melakukan hal itu. Hal-hal seperti itu seharusnya Anda lakukan sendiri.”
Setelah mengamati apa yang dilakukan oleh Dr. Mills ini, mereka kembali berganti peran. Marcia kembali memerankan perannya sendiri, sedangkan Dr. Mills kembali sebagai rekan kerjanya. Kali ini, Marcia sudah bisa meniru apa yang dilakukan oleh Dr. Mills untuk menolak permintaan rekan kerjanya. Begitu Marcia bisa bersikap asertif dan tegas, Dr. Mills langsung memberikan umpan balik (feedback) padanya. Dr. Mills memberikan pujian untuk apa yang dilakukan Marcia, dan tidak lupa pula memberikan saran bagaimana cara yang efektif untuk meningkatkan perilaku asertif Marcia.
Tidak berakhir sampai di situ, mereka kembali bermain peran untuk beberapa kali, dan Dr. Mills selalu memberikan pujian untuk tiap keberhasilan Marcia. Setelah Marcia dapat menunjukkan perilaku asertifnya dengan baik, mereka kembali berlatih dalam permainan peranan, namun dengan situasi yang berbeda. Di sini, Marcia mendapatkan tugas bagaimana caranya berperilaku asertif untuk setiap situasi yang dihadapinya. Pengajaran perilaku di sini dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan empat teknik sekaligus, yaitu pemberian instruksi (instruction), pemberian contoh (modeling), latihan (rehearsal), dan umpan balik (feedback).
KOMPONEN PROSEDUR BST
Sebagaimana yang telah digambarkan dalam contoh di atas, prosedur BST menggunakan empat teknik sekaligus, yaitu pemberian instruksi (instruction), pemberian contoh (modeling), latihan (rehearsal), dan umpan balik (feedback).
Modeling (pemberian contoh)
Modeling berarti pemberian contoh cara berperilaku yang benar untuk seseorang (pebelajar). Individu mengamati bagaimana caranya berperilaku yang baik, sesuai dengan yang ditampilkan oleh pelatih, untuk kemudian menirunya. Supaya prosedur modeling dapat berjalan dengan efektif, setiap individu harus mematuhi peraturan yang ada, harus benar-benar memperhatikan apa yang dilakukan oleh orang yang dijadikan model, dan kemudian meniru perilaku sesuai dengan yang ditampilkan oleh model. Kebanyakan orang memiliki kemauan untuk menirukan perilaku orang lain, karena dalam situasi tertentu perilaku meniru ini bisa mendapatkan reinforcement dari pihak lain (Baer, Peterson, & Sherman, 1967).
Model dapat berupa model hidup maupun model simbolis. Model hidup, berarti apabila pemberian contoh langsung dilakukan oleh seseorang, seperti dalam kasus Marcia. Sedangkan model simbolis, berarti pemberian contoh tidak langsung dilakukan oleh orang, namun bisa berupa video, rekaman, maupun film-film tertentu.
Keefektifan prosedur modeling dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut, (Bandura, 1977).
• Ketika model dapat memerankan perilaku dengan benar, akan diperoleh hasil yang baik jika model langsung diberikan reinforcer atas apa yang telah diperankannya.
• Model harus mirip atau menyerupai apa yang diamati oleh individu yang ingin diubah perilakunya. Misalnya, memberikan contoh untuk anak TK, maka yang menjadi model seharusnya adalah anak-anak usia TK pula. Atau model merupakan orang-orang yang memiliki status sosial tinggi (misalnya, dalam iklan televisi, yang ditampilkan sebagai bintangnya adalah selebriti yang sudah dikenal oleh public, sehingga diharapkan orang-orang akan meniru apa yang dilakukan oleh bintang iklan tersebut dan membeli produk yang diiklankan).
• Kompleksitas perilaku model itu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan atau tingkat kemampuan individu. Jika perilaku model terlalu kompleks dan tidak sesuai dengan kemampuan individu, maka individu tidak akan bisa belajar dari sana. Begitu pula jika model terlalu sederhana, maka individu kemungkinan besar tidak akan menaruh perhatian yang cukup untuk pemberian contoh tersebut.
• Individu harus benar-benar memperhatikan model saat menampilkan perilaku yang diajarkan, supaya bisa meniru perilaku yang bersangkutan dengan benar.
• Perilaku yang diajarkan, harus merupakan perilaku yang ada dalam situasi nyata atau dimodelkan dalam konteks permainan peranan, sesuai dengan situasi yang sebenarnya. Dalam kasus Marcia, Dr. Mills mengajaknya untuk memainkan peranan sesuai dengan kondisi kantornya setiap hari, dan permintaan rekan kerjanya sesuai yang dialaminya.
• Perilaku yang dicontohkan, harus diulangi sebanyak yang diperlukan, sampai individu dapat menirunya dengan benar.
• Perilaku harus dicontohkan dalam berbagai cara dan dalam berbagai situasi.
• Individu harus diberi kesempatan untuk berlatih (meniru) perilaku yang diconntohkan sesegera mungkin setelah mengamati model. Dan perilaku yang tepat, harus segera diberikan reinforcement.
Instruction (pemberian petunjuk)
Pemberian petunjuk berarti memberikan gambaran yang tepat, bagaimana seharusnya sebuah perilaku dilakukan oleh individu. Untu bisa menjadi petunjuk yang efektif, harus diberikan secara spesifik apa yang harus dilakukan. Pelatih harus mendeskripsikan dengan jelas, apa yang siharapkan dapat dilakukan oleh individu. Petunjuk juga harus menjelaskan, dalam situasi dan keadaan seperti apa perilaku bisa digunakan oleh individu.
Keefektifan petunjuk dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
• Petunjuk harus disajikan sejelas mungkin, pada tingkatan yang mudah dimengerti oleh individu. Jika petunjuk yang diberikan terlalu rumit, individu justru tidak akan dapat memahami perilaku apa yang diharapkan. Namun, jika petunjuk yang diberikan terlalu sederhana, individu mungkin akan beranggapan petunjuk yang demikian itu tidak diperlukannya lagi.
• Petunjuk seharusnya diberikan oleh orang yang dipercaya oleh individu (misalnya orangtua, guru, atasan, atau psikolog).
• Individu harus diberi kesempatan untuk berlatih melakukan apa yang telah diinstruksikan, sesegera mungkin setelah prosedur instruction dilakukan.
• Petunjuk akan lebih baik jika langsung dipasangkan dengan pemberian contoh, sehingga meningkatkan kemungkinan bagi individu untuk langsung mempelajari perilaku yang diinginkan.
• Petunjuk hanya bisa diberikan jika individu yang bersangkutan bersedia untuk menaruh perhatian penuh.
• Petunjuk yang diberikan, hendaknya diulang oleh individu secara verbal, untuk memastikan bahwa individu memang mendengarkan petunjuk dengan benar, sebagaimana mestinya. Mengulangi petunjuk yang diberikan, juga meningkatkan kemungkinan individu dapat menunjukkan perilaku sesuai dengan yang diinstruksikan.
Behavior Rehearsal (Latihan Perilaku)
Latihan perilaku merupakan prosedur yang memberikan kesempatan kepada individu untuk melatih perilakunya setelah mendapatkan petunjuk maupun contoh dari model. Latihan perilaku merupakan komponen yang sangat penting dalam prosedur BST. Hal ini disebabkan karena :
a) pelatih tidak dapat memastikan bahwa individu telah benar-benar mempelajari bagaimana cara berperilaku yang tepat, sampai individu bisa menunjukkannya melalui latihan perilaku
b) prosedur ini memberikan kesempatan bagi pelatih untuk memberikan reinforcement bagi apa yang ditunjukkan oleh individu dalam latihan perilakunya.
c) prosedur ini memberikan kesempatan bagi pelatih untuk mengukur sejauh mana individu dapat berperilaku dengan tepat, dan memperbaiki kesalahan yang mungkin ada dalam perilaku yang ditunjukkan.
Faktor-faktor berikut dapat mempengaruhi efektivitas latihan perilaku sebagai bagian dari prosedur BST.
• perilaku harus dilatihkan dalam konteks yang tepat, bisa dengan menggunakan teknik permainan peranan.
• Latihan perilaku harus dirancang supaya benar-benar berhasil. Indivdu harus berlatih dalam tingkat mudah terlebih dahulu, baru kemudian setelah individu berhasil menerapkan perilaku dalam tingkat mudah tersebut, latihan perilaku naik ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam kasus Marcia, pada awalnya dia hanya perlu berlatih bagaimana caranya bersikap asertif terhadap rekan kerjanya sesuai dengan apa yang dia alami sehari-hari. Setelah Marcia bisa bersikap asertif, lama kelamaan, Marcia dilatih juga bagaimana caranya bersikap asertif untuk hal-hal yang mungkin akan terjadi suatu saat nanti.
• Pemberian reinforcement harus segera dilakukan, untuk latihan perilaku yang benar.
• Latihan perilaku yang sebagian benar, atau sebagian salah, harus segera diikuti dengan umpan balik (feedback) bersifat korektif, sehingga individu mengetahui apa yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan
• Latihan perilaku harus dilakukan berulangkali, sampai individu benar-benar bisa menunjukkan perilaku yang tepat.
Feedback (umpan balik)
Prosedur yang mengikuti latihan perilaku dalam BST adalah pemberian feedback (umpan balik). Setelah individu melakukan latihan perilaku, pelatih harus segera memberikan feedback. Feedback itu bisa berupa pujian, jika apa yang dilakukan oleh individu memang sudah benar. Namun bisa pula berupa koreksi jika perilaku individu kurang tepat.
Faktor-faktor berikut dapat mempengaruhi efektivitas feedback sebagai bagian dari prosedur BST.
• feedback harus diberikan sesegera mungkin setelah latihan perilaku.
• Feedback harus melibatkan pemberian pujian atau reinforcers lainnya untuk beberapa aspek perilaku. Bahkan jika perilaku itu tidak benar, pelatih harus tetap memuji individu setidaknya untuk memberikan penguatan pada individu, agar individu mau mencoba kembali perilaku yang mungkin belum sempurna.
• Pujian harus dilakukan secara deskriptif. Katakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh individu benar adanya. Fokus pada semua aspek perilaku, baik verbal dan nonverbal (yang adalah, apa pelajar katakan dan lakukan dan bagaimana pelajar mengatakan dan melakukannya).
• Ketika memberikan umpan balik yang bersifat korektif, jangan melakukannya seolah-olah apa yang dilakukan oleh individu yang bersnagkutan adalah salah atau buruk. Sebaliknya, berikan petunjuk yang berusaha untuk menggambarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh individu untuk dapat meningkatkan perilakunya supaya lebih baik lagi.
• Feedback yang bersifat korektif harus tetap didahului dengan pujian terlebih dahulu.
• Dalam satu kesempatan, berikan satu saja koreksi pada kesalahan yang mungkin dilakukan oleh individu. Jangan memberikan koreksi yang terlalu banyak, karena hal ini akan membuat individu merasa dirinya sangat buruk dan melakukan terlalu banyak kesalahan, atau berkecil hati.
MENINGKATKAN GENERALISASI SETELAH BST
Tujuan dari prosedur BST adalah untuk membuat individu memperoleh keterampilan baru dan menggunakan keterampilan ini dalam situasi yang tepat di luar sesi pelatihan.
Pertama, pelatihan harus melibatkan berbagai permainan peranan yang mensimulasikan situasi sebenarnya yang dialami oleh individu dalam kehidupan nyata. aktual ¬ pelajar kemungkinan akan bertemu dalam kehidupan nyata. Semakin dekat skenario permainan peranan dengan kehidupan nyata, semakin besar kemungkinan keterampilan untuk menggeneralisasi situasi latihan ke situasi kehidupan nyata (Miltenberger, Roberts, et al., 1999).
Kedua, menggabungkan situasi kehidupan nyata ke dalam pelatihan. Individu dapat berlatih keterampilan menggunakan permainan peranan dengan teman sebaya nyata atau dalam situasi nyata (misalnya, di sekolah, di tempat bermain).
Ketiga, pemberian tugas bagi individu untuk mempraktikkan keterampilan yang sedang dipelajari di luar sesi BST, dalam situasi kehidupan nyata. Setelah berlatih keterampilan di luar sesi pelatihan, individu dapat mendiskusikan pengalamannya dalam sesi BST berikutnya dan menerima umpan balik tentang apa yang telah dilakukannya. Dalam beberapa kasus, praktik keterampilan di luar sesi latihan, dapat diawasi oleh orang tua atau guru yang dapat memberikan umpan balik sesegera mungkin.
Keempat, pelatih dapat mengatur bagaimana pemberian penguatan (reinforcement) untuk latihan keterampilan di luar sesi pelatihan.
CARA PENGGUNAAN PROSEDUR BST
Langkah-langkah berikut akan memastikan penggunaan yang efektif dari prosedur BST.
1. Mengidentifikasi dan menentukan keterampilan yang ingin diajarkan pada individu. Definisi perilaku yang baik, dapat dengan jelas menggambarkan semua detail yang akan dipelajari dalam perilaku. Anda harus mendefinisikan semua keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam berbagai situasi dan menyusun task analysis (urut-urutan perilaku) untuk perilaku kompleks.
2. Identifikasikan semua situasi stimulus yang relevan (SD) di mana keterampilan perilaku harus digunakan. Misalnya, dalam melatihkan keterampilan asertif, harus dilihat pula semua kemungkinan, di mana seseorang bisa bertindak asertif dan tidak asertif, sehingga individu dapat melakukan asertivitas sesuai dengan situasi yang seharusnya.
3. Ukur keterampilan individu dalam menanggapi stimulus natural, sebagai bahan penyusunan baseline
4. Mulailah memberikan pelatihan dengan keterampilan yang paling mudah atau situasi pemberian stimulus yang paling mudah. Dengan begini, akan memungkinkan individu untuk dapat menyerap apa yang dilatihkan dalam prosedur BST.
5. Memulai sesi pelatihan dengan memberikan contoh perilaku dan menggambarkan aspek-aspek yang penting dalam perilaku tersebut. Anda dapat menciptakan konteks yang tepat dengan mensimulasikan permainan peranan. Simulasi harus disetting senyata mungkin bagi individu.
6. Setelah individu mendapatkan petunjuk dan menyaksikan contoh yang diperagakan oleh model, individu harus diberi kesempatan untuk latihan. Individu harus benar-benar melatih perilakunya sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan dan contoh yang telah ditampilkan sebelumnya.
7. Setelah latihan perilaku dilakukan, harus segera diberikan umpan balik bagi individu. Berikan pujian deskriptif untuk beberapa aspek perilaku. Dan jika memang diperlukan, berikan petunjuk untuk memperbaiki perilaku yang belum tepat.
8. Ulangi latihan dan proses feedback sampai ineidvidu dapat melakukan apa yang diajarkan dengan benar selama beberapa kali.
9. Setelah berhasil dengan satu situasi pelatihan, pindah ke situasi lain dan lanjutkan proses percontohan, pemberian petunjuk, latihan, dan pemberian feedback sampai individu dapat menguasai setiap keterampilan dalam setiap situasi.
10. Setelah individu dapat melakukan apa yang telah diajarkan dalam prosedur BST, maka langkah terakhir adalah membantu individu untuk menggeneralisasikan apa yang telah dipelajari dalam BST ke dalam kehidupan yang sesungguhnya. Caranya adalah dengan mensimulasikan pelatihan sesuai dengan kehidupan nyata, atau dengan meningkatkan latihan perilaku pada tingkatan yang lebih sulit lagi.
RINGKASAN BAB
1. Prosedur pelatihan keterampilan perilaku (BST) terdiri dari empat komponen: pemberian contoh (modeling), pemberian petunjuk (instruction), latihan perilaku (behavior rehearsal), dan umpan balik (feedback). Komponen-komponen tersebut digunakan secara bersama-sama dalam prosedur BST.
2. Waktu yang tepat untuk menggunakan prosedur BST adalah ketika individu cukup mengerti bagaimana cara melakukan perilaku yang tepat dengan menggunakan prosedur modeling atau instruction dan tidak perlu prosedur pelatihan yang lebih intensif (seperti chaining prosedur) untuk mempelajari keterampilan dalam perilaku.
3. Melakukan BST dalam kelompok, adalah dengan cara memberikan contoh dan instruksi untuk kelompok-kelompok kecil dan kemudian setiap anggota kelompok kecil, secara individu berlatih keterampilan sesuai dengan contoh dan petunjuk, untuk kemudian akan mendapatkan umpan balik dari pelatih.
4. Prosedur BST melibatkan tiga kontingensi yang penting, yaitu modeling dan petunjuk pendahulu untuk menggambarkan bagaimana seharusnya perilaku yang benar dilakukan, latihan perilaku untuk menggambarkan sejauh mana individu dapat mengikuti pelatihan, dan umpan balik yang diberikan sebagai konsekuensi untuk memperkuat perilaku dalam latihan.
(this is my file,,, Applied behavior therapy terjemahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar