Sabtu, 05 Februari 2011

Prosedur Kontrol Anteseden (APTL file)

PROSEDUR UNTUK MENGONTROL ANTESEDEN
CONTOH KONTROL ANTESEDEN
Membuat Marianne belajar lebih giat
Marianne adalah seorang Mahasiswi semester 1 di sebuah universitas. Banyak nilainya yang mendapat D dan E untuk beberapa matakuliah, sehingga dia pergi ke pusat konseling untuk meminta bantuan. Ketika dia berbicara dengan konselor, jelas sudah bahwayang menjadi penyebab ketidaklulusannya dalam beberapa matakuliah adalah karena Marianne kurang belajar. Marianne hanya belajar pada malam sebelum ia ujian. Selama ini yang biasa dilakukannya adalah menonton TV atau pergi jalan-jalan bersama teman-teman asramanya. Setiap kali Marianne ingin mulai belajar, pada akhirnya dia berhenti juga dan melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama teman-temannya. Akibatnya, dia hanya bisa panik saat menghadapi ujian. Konselor memutuskan bahwa prosedur kontrol anteseden adalah prosedur yang cocok untuk membantu Marianne. Bersama-sama, Marianne dan konselor menyusun rencana sebagai berikut.
1. Marianne memutuskan dia harus belajar sedikitnya 2 jam tiap harinya, dan menuliskan hal ini di buku agendanya.
2. Dia memutuskan sebaiknya dia belajar di perpustakaan. Dia seringkali terganggu oleh teman-temannya jika harus belajar di asrama, jadi dia harus mengambil sikap untuk belajar di tempat lain jika tidak ingin terganggu. Perpustakaan menjadi tempat pilihannya karena kelasnya berada di dekat perpustakaan dan teman-temannya tidak pernah pergi ke sana.
3. Dia mencari-cari teman yang selalu belajar setiap hari. Dia meminta temannya dan merencanakan belajar bersama setiap minggunya.
4. Ia menuliskan jadwal studinya pada selembar kertas dan ditempelkan di tempat yang mudah untuk dibaca teman-temannya. Dia juga memberitahu teman-temannya bahwa ia berniat untuk belajar di kali ini dan meminta mereka untuk tidak mengganggunya.
5. Dia membawa terus buku-bukunya sehingga ia bisa belajar kapanpun dia punya waktu luang (misalnya, dosen kosong atau jeda kuliah).
6. Dia member tanda pada kalender semua jadwal ujian dan pengumpulan tugas. Setiap malam ia memeriksa kalendernya, sehingga ia bisa melihat seberapa dekat ia harus mempersiapkan ujian atau mengumpulkan tugas.
7. Dia membuat kontrak tertulis dengan konselor di mana ia berkomitmen untuk mematuhi dan melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuatnya.
Ketujuh langkah tersebut membantu Marianne untuk belajar lebih giat. Setiap langkah yang ditulis melibatkan control terhadap anteseden perilaku. Sebagaimana yang diketahui bersama, anteseden adalah segala sesuatu yang bisa menyebabkan perilaku terjadi.
MENDEFINISIKAN PROSEDUR KONTROL ANTESEDEN
Prosedur control anteseden memuat di dalamnya manipulasi beberapa aspek fisik maupun sosial dari lingkungan, untuk memunculkan perilaku target yang diinginkan atau untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
JENIS-JENIS PROSEDUR KONTROL ANTESEDEN
1. MEMUNCULKAN SD UNTUK PERILAKU YANG DIINGINKAN
Perilaku yang diinginkan bisa saja tidak terjadi karena ketiadaan SD. Untuk itu, prosedur control anteseden berusaha untuk menyajikan SD yang bisa memunculkan perilaku yang diinginkan. Dalam kasus Marianne, SD yang bisa menimbulkan keinginan untuk belajar adalah meja di lokasi yang tenang, dengan buku-buku atau catatan di sana. Ketika Marianne menghadapi meja dengan buku-buku yang lengkap akan lebih memudahkan baginya untuk belajar dengan tekun, untuk itu dia memilih pergi ke perpustakaan supaya bisa belajar dengan tenang. Marianne mengambil beberapa langkah untuk menyajikan SD untuk mengubah tingkah lakunya. Menulis jadwal belajar di buku agendanya, membawa bukunya kemana-mana, menempel jadwal tugas dan ujiannya di tempat yang mudah terlihat, dan menyusun rencana untuk belajar bersama teman, merupakan berbagai bentuk SD yang bisa digunakan untuk mengontrol anteseden.
2. MENENTUKAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU YANG DIINGINKAN
Penyusunan strategi berkaitan dengan kondisi lingkungan yang bisa membuat suatu perilaku diperkuat. Sehingga dengan adanya penguatan tersebut, perilaku lebih mudah untuk terjadi.
Dala kasus Marianne, dia melakukan 2 hal sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan.
Strategi pertama adalah dengan menempelkan jadwal ujian dan pengumpulan tugas di dinding kamarnya yang mudah dilihat. Dengan melihat jadwal tersebut, setiap harinya Marianne akan menyadari bahwa ujian akan semakin dekat dan semakin dekat. Hal ini akan diperkuat dengan perasaan was-was, cemas, dan takut yang dirasakan oleh Marianne. Memang, perasaan-perasaan tersebut bisa diidentifikasi sebagai suatu reinforcement negatif, tapi dengan adanya perasaan itu, Marianne menjadi lebih giat untuk belajar.
Strategi yang kedua adalah dengan membuat kontrak perilaku bersama konselornya. Kontrak perilaku tersebut bisa membantu meningkatkan perilaku yang diinginkan untuk Marianne, karena konselor akan memberikan penghargaan pada Marianne, tiap kali dia bisa menjalankan apa yang dituliskannya dalam kontrak perilaku tersebut.
3. MENURUNKAN RESPONS USAHA UNTUK PERILAKU YANG DIINGINKAN
Dalam kasus Marianne, dia selalu membawa bukunya kemana-mana. Hal ini dimaksudkan supaya dia bisa belajar kapanpun dia memiliki waktu senggang untuk belajar. Bandingkan jika Marianne menaruh buku-bukunya di dalam asrama. Maka akan banyak usaha yang diperlukannya hingga dia bisa mengambil buku-bukunya itu untuk dipakai belajar. Kalau buku-buku itu disimpannya di dalam tas, maka dia hanya perlu mengeluarkan buku itu pada saat yang tepat, dan mempergunakannya untuk belajar. Dengan sedikit usaha yang dibutuhkan, maka perilaku yang diinginkan bisa meningkat dengan cepat.
4. MENGHILANGKAN SD UNTUK PERILAKU YANG TIDAK DIINGINKAN
Dalam kasus Marianne, teman-teman yang ramai merupakan SD untuk munculnya perilaku bersenang-senang, TV juga merupakan SD untuk perilaku menonton TV. Untuk mengurangi perilaku yang tak diinginkan, yaitu bersenang-senang bersama teman-teman dan menonton TV, maka usaha Marianne adalah menghilangkan SD berupa teman dan TV dengan belajar di perpustakaan. Dengan tidak adanya SD yang mengganggu, maka Marianne bisa belajar dengan lebih giat.
5. MENGHILANGKAN HAL-HAL YANG BISA MEMUNCULKAN PERILAKU YANG TIDAK DIINGINKAN
Langkah ini berarti individu harus menyiapkan lingkungan yang membuat perilaku yang tidak diinginkan, tidak diperkuat dengan reinforcement.
6. MENINGKATKAN RESPONS USAHA UNTUK PERILAKU YANG TIDAK DIINGINKAN
Dalam kasus Marianne, dengan pergi dan belajar di perpustakaan, akan membuatnya lebih sulit bermain-main bersama temannya dan menonton TV. Semakin sulit suatu perilaku untuk dikerjakan, maka akan semakin sedikit kemungkinan perilaku tersebut terjadi. Untuk bisa main-main dengan temannya atau menonton TV, Marianne harus pulang ke asrama terlebih dahulu. Untuk itu, dia akan lebih memilih tinggal di perpustakaan dan belajar di sana daripada harus menghabiskan waktunya dengan teman-teman atau menonton TV.

(Nanning's file,,, APTL 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar